Rabu, 23 Maret 2016

Waktu Yang Surutkan

Langkah berat susuri lautan berbutir
Angin panas membawa ratusan debu berdebur
Kali ini sang raja siang begitu angkuh mengumbar teriknya
Tetesan letih jatuh basahi pelipis
Basah, layaknya mandi di lautan keringat
Asin, hingga tak mampu mengecap
Panas hampir lelehkan kaki keras musafir ini
Namun enggan untuk larutkan keras tekad
Malam tak kunjung juga bertamu, 
Meski bulan merayu untuk hembuskan sedikit nafas istirahat
Panjang... 
Masih pajang jejak meninggalkan lara
Rumput kering seakan-akan menari kegirangan di antara batu-batu pasir
Hamparan mengering mengejek
Menampar-nampar muka telanjang
Haus...
Air ludah yang ia simpan di botol sudah habis
Tak mungkin isap air kelelahan dari kain kepala, terlalu asin 
Siluet punuk-punuk unta dari balik terik silau buat mengiri
Jika saja punya punuk, perjalanan tak mungkin seberat ini
 Oase... 
Satu-satunya harapan 
Membasahi kembali kerongkongan dengan air kehidupan 
sebelum haus yang melamban mulai surut oleh waktu
Lalu hentikan langkah dan harapan akhir

Leave a Reply