Kamis, 03 Maret 2016

Masih pagi

    Pagi ini sendiri lagi, susu kotak dan roti coklat tinggal bungkusnya. Sekret dan kampus masih sepi lalu lalang hanya beberapa. Pintu-pintu lainnya masih tertutup, penghuni sebelah dengan mata berbelek dan rambut berantakan keluar dari mimpi malamya. Alunan musik "Senandung Senja" menemani disini, harapannya embun segera menggiring ranum sore tiba menggantikannya. 
    Masih pagi, hingga mataku mulai tertuju pada sosok wanita yang tak asing. Turun dari motor membawa map berisi berkas menebak isinya kertas-kertas penentu masa depan. Sapanya dengan senyum terbalaskan dengan senyumku. Ia lalu duduk disampingku dan menanyakan pintu yang masih tertutup, katanya pemilik pintu itu punya surat keputusan. Sambil menunggu pintu terbuka kami berbicara. Terawali tanya, "Sudah sampai mana?" "Hari ini baru mulai mencari kepastian."jawabku 
    Ia kemudian mulai menyinggung soal pengambilan keputusan. "Aku dan lain bukan dewa, jangan langsung dimakan roti yang kami beri."ucapnya. Aku hanya diam dan tersenyum tipis. "Kami sedang bingung."pandanganku kebawah. Ia kembali tersenyum menutupi muka seriusnya. "Semuanya perlu pertimbangan. Lihat sisi baik dan buruknya, lalu ambil keputusan yang terbaik."ucapnya lagi. Aku kembali menunduk, rasanya apa yang telah kami lakukan agak keliru. Mungkin kami masih pagi terlalu cepat mengharap senja. 

Leave a Reply