Nyanyian bapak, pengantar lelap
"Putri cening ayu. Ngijeng cening jumah. Meme luas malu. Ke peken mablanja. Apang ada dahar nasi."
Larut menghabisi malam, duabelas dua tujuh. Suara kipas selaras dengan sunyi. Obrolan tetangga dipaksa berhenti oleh
si kantuk. Kini benar-benar hening. Kemudian nyanyian "Putri Cening
Ayu" serasa bergema, sudah lama sekali tak mendengar lagu itu. Mungkin
enam belas tahun. Teringat pertama kali, saat masih di gendongan,
tertimang-timang suara lembut bapak mengiringi lelap. Tangispun menyerah saat
bait pertama selesai. Hingga gigi pertama muncul lagu itu masih teralunkan dan
selalu berhasil mendatangkan nyenyak berhias mimpi indah.
Dan malam ini, anak perempuan mu yang tak lagi bisa di timang-timang ingin mendengarkan lagu
itu kembali dari suara bapak sebagai pengantar tidur hingga esok
menyambut.
Leave a Reply